15
Desember 1969, Soe Hok Gie bersama kawan-kawannya Herman Lantang, Abdul Rahman,
Idhan Lubis, Aristides Katoppo, Rudy Badil, Freddy Lasut, Anton Wiyana
berangkat menuju Puncak Semeru melalui kawasan Tengger. Soe Hok Gie ingin bisa
merayakan ulang tahunnya yang ke 27 di atap tertinggi Pulau Jawa tersebut.
Tanggal 16 Desember, di tengah angin kencang di ketinggian 3.676 meter (dari
atas permukaan laut), Hok Gie, Idhan, Rahman terserang gas beracun. Hok Gie dan
Idhan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan nyawa mereka tidak
sempat tertolong. (diambil dari berbagai sumber).
"AKU
BENAR-BENAR TERINSPIRASI DARI SOSOK GIE YANG SEPENUH HATI MENCINTAI INDONESIA"
Saya
tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat
lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru.
Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan.
Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas
dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan
sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta
pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya."
Gie
orang yang selalu membenci kekuasaan, menolak kekuasaan, bahkan pernah menolak
tuhan, ada ternyata manusia seberani itu, dizaman ini jika ia masih hidup sya
rasa mungkin pemikirannya bisa menjadi ideologi mahasiswa, bisa jadi mahasiswa
dapat lebih brutal dari ini, kita terlalu di bodohi zaman, tekhnologi, jadi
manusia pengkonsumsi, pada zaman itu gie menyebut tentang manusia baru, apa di
zaman ini ia akan mengatakan hal yang sama. Sekarang tidak penting mengharap
manusia seperti gie, lihat lah diri sendiri apa manusia baru itu hanya ada pada
diri GIE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar