Sabtu, 11 Mei 2013

Perempuan dan Pembangunan

Dan telah Kami jadikan kamu berpasang-pasangan”
Wanita adalah kata halus bahasa Indonesia untuk kata perempuan dalam bahasa melayu. Kaum Feminis Indonesaia tak suka menggunakannya, mereka lebih suka menggunakan kata perempuan. Tetapi William Shakespeare sang pujangga Inggris itu telah berkata: “ what is in a name ? “. Apapun namanya, yang dimaksud wanita atau perempuan ia sama saja, yaitu jenis makhluk manusia yang paling berjasa bagi sepesiesnya secara biologis. Wanitalah yang memungkinkan manusia bisa bertambah banyak dan berganti generasi.
Sayangnya, keungulan biologis ini sering dilupakan lawan jenisnya yang cenderung memperalat mereka menjadi sekedar mesin reproduksi manusia, bagaikan mesin photo copy lebih parah lagi kemampuan reproduksi ini pun diabaikan dan mereka hanya dimampaatkan sebagai alat pemuas kebutuhan biologis pria, tetapi fungsi refroduksi mereka dihindari ini terjadi ketika mereka dijinkan masyarakat untuk memiliki suatu profesi yang sedihnya disebut sebagai propesi yang paling tertua didunia.
Menyedihkan jika kita lihat realita-realita yang ada, di beberapa negara sedang berkembang terutama. Sangat dirasakan ketidaksetaraan gender sehingga menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan. Oleh sebab itu kesetaraan gender adalah isu pembangunan yang sangat mendasar- tujuan pembangunan itu sendiri. Kesetaraan akan meningkatkan kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan menjalankan pemerintahan secara efektif. Sehingga meningkatkan kesetaraan gender asalah bagian pentibg dari strategi pembangunan yang mengupayakan pemberdayaan semua orang--- perempuan maupun laki-laki--- untuk melepaskan diri dari kemiskinan serta meningkatkan taraf hidup.
Gender merujuk pada peran dan perilaku yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang tertanam melalui proses sosialisasi dan sejumlah tuntutan yang berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Perempuan dan laki-laki memang berbeda secara biologis tatapi perbedaan biologis ini kemudian ditafsirkan dan dikembangkan sedemikian rupa oleh setiap kebudayaan menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan dalam berperilaku dan berkegiatan, serta apa hak, sumber daya dan kekuasaan yang mereka miliki. Walaupun tuntutan ini sangat bervariasi antara masyarakat satu dengan yang lainnya namun memiliki persamaan yang mencolok seperti halnya dalam pengasuhan anak, hampir semua masyarakat memberikan tanggung jawab itu kepada perempuan dan untuk urusan di luar itu diberikan kepada kaum laki-laki.
Di banyak kejadian ternyata terdapat analisis yang menyebutkan bahwasanya peran perempuan memang sangat berpengaruh dalam kemajuan pembangunan. Jika kita melirik pada persoalan korupsi yang terjadi di negeri ini sangat mengerikan dan merugikan banyak pihak. Di lihat dari satu sisi, ternyata memang peran perempuan Indonesia di dalam parlemen kepemerintahan memang belum secara maksimal di gunakan. Karena ternyata terdapat korelasi yang cukup signifikan antara keduanya yang di kaji lewat ilmu perilaku dan sosial. Umumnya perempuan lebih berorientasi kepada masyarakat dan kurang mementingkan diri sendiri karena perempuan lebih bersifat pemurah dan pengalah daipada laki-laki dan juga tidak suka bermain curang karena secara psikologis mereka memang lebih besar menggunakan perasaan dalam melihat suatu masalah, lain halnya dengan laki-laki, mereka selalu menggunakan otak dan nafsu mereka dalam berbuat. Meskipun masih bersifat saran namun asumsi ini hendaknya dipikirkan secara bersama dan hendak dijalankan sebagai upaya dalam mewujudkan kesetaraan gender dalam ikut serta aktif dalam rangka mewujudkan pembangunan yang yang lebih maju karena kekuatan perempuan dapat menjadi kekuatan yang efektif menuju kebersihan pemerintahan dan keterpercayaan bisnis.
Demikian besarnya peran perempuan dalam pembangunan di negeri ini tapi kenapa sampai saat ini masih saja banyak pihak yang tidak menghiraukannya hingga banyak ketidaksesuaian perilaku yang diterima oleh kaum perempuan sampai-sampai pada satu kekerasan, tindakan asusila yang sangat merendahkan kaum perempuan. Apakah karena sifatnya yang sangat halus?sehingga mudah untuk dipermainkan!!!!
Tidak begitu!karena ternyata peran perempuan dapat ikut serta mewujudkan pembangunan yang lebih kondusif, nyaman dan baik pastinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar