Perjalanan
mengenal dan menuju Tuhan adalah suatu proses panjang kehidupan manusia, yang
pada hakikatnya adalah proses pencarian diri. Dia tidak akan bisa memahami di
luar dirinya dengan baik sebelum dia mengenal dirinya sendiri. Bahkan ada
ungkapn yang sangat mashur di kalangan sufi “Barang siapa mengenal dirinya,
maka dia telah mengenal Allah”.
Untuk
mengetahui apa dan siapa manusia sebenarnya, dapat kita korek dari berbagai
sumber, seperti medis, biologis psikologis, dan sosiologis. Selain itu ada
sumber yang autentik pula yang dapat memberikan gambaran tentang siapa manusia,
yaitu Al-Quran. Sebagaimana janji Allah bahwa Dia tidak menciptakan sesuatu
yang sia-sia, dan Dia tidak menciptakan sesuatu selain agar makhluknya bisa
mengerti dan memahami, apa dibalik penciptaan tersebut. Dalam satu riwayat yang
mashur disetir oleh Ibn Arobi dikatakan bahwa “Aku adalah khazanah mutiara yang
tersembunyi, Aku ingin diketahui, maka dari itu aku menciptakan makhluk (agar
dia mengetahui-Ku). Layaknya seorang seorang saintis yang menciptakan suatu
teknologi, maka dialah yang paling tahu ciptaanya, dan pastilah dia akan
membuat buku panduan tentang hasil temuannya tersebut. Begitu juga Allah
memeberikan panduan tentang ciptaan-Nya agar dia berjalan sebagaimana mestinya.
Dan panduan tersebut adalah Al-Quran. Dia memeberikan informasi yang lengkap
tentang penciptaan manusia, kedudukan manusia, peran manusia dan gambaran
tentang masa depan manusia.
Penciptaan
Manusia
Dalam
Al-Quran dijelaskan bahwa bahwa manusia sebenarnya mengalami evolusi. Evolusi
di sini berbeda dengan teori evolusi darwinisme. Ada yang menafsirkan bahwa
evolusi di sini merupakan tahapan-tahapan kehidupan dia, dari alam ruh, alam
rahim, alam dunia dan barzakh dan alam akhirat. Dalam alam ruh ini manusia
telah disumpah untuk bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya. Hal ini berarti
secara fitrah manusia cenderung untuk mengakui akan keberadan Tuhan.(QS. 7:
172-173), sehingga tidak ada alasan untuk ingkar padanya.
Selanjutnya
Allah menciptakann Adam AS dari tanah, diantaranya dajelaskan dalam QS. 15: 26,
28, 33, serta QS. 6:2. yang kemudian ditiupkan ruh Allah ke dalamnya (QS.
15:28, 38:72, 32:9). Dengan demikian, dalam diri manusia terdapat sifat-sifat
ketuhanan. Setelah menciptakan Adama, Allah menciptakan Hawa dari jiwa yang
satu, yaitu Adam.
Setelah
penciptaan Adam dan Hawa, kejadian manusia selanjutnya dari nutfah. Di sisi
lain dijelaskan pula dari sari pati tanaman. Hal ini tidak bertentangan, karena
pada dasrnya nutfah itu sendiri merupakan saripati tanaman.
Al-Insan
dan Al-Basyar
Kedua
kata di atas sama-sama digunakan dalam Al-Quran untuk menunjuk makhluk yang
bernama manusia, hanya saja penggunaan keduanya dalam kontek yangbeda. Kata
al-insan digunakan dalam Al-Quran untuk menunjukan manusia sebagai makhluk yang
memiliki potensi. Makhluk yang mempunyai ilmu ((QS. 4:6) dapat melihat (QS.
20:10) memepunyai fuad atau fikiran yang dengannya ia bisa berfikir rasional
(QS. 7:179).
Sementara
al-basyar digunakan dalam al-Quran untuk menujuk manusia sebagai makhluk
lahirian atau bilogis yang berhubungan seksual, makan dan minum, keluar masuk
pasar dan aktifitas lahiriah lainnya.
Peran
Manusia
Manusia
diciptakan oleh Allah pada dasarnya adalah untuk beribadah kepada Allah (QS. ),
menyerahkan secara totalitas seluruh hidupnya hanya untuk Allah. Pada posisi
ini manusia adalah sebagai hamba Allah atau abdi. Seorang abdi hanya akan
tunduk dan takut sekaligus mencintai pada Tuhannya. Manusia sebagai abdi
merupakan suatu hubungan vertical antara ia dan Tuhannya (hablu min Allah), di
mana dia memepertanggungjawab-kan sumpah primordialnya.
Di
sisi lain, manusia adalah khalifah Allah yang merupakan “tangan panjang” Tuhan
di muka bumi ini yang bertugas memakmurkan bumi. (QS. 2:30) dan mengangkat
derajat sesamanya (QS. 6:165), serta untuk menjaga dan mentransformasikan
nilai-nilai tauhid (QS. 35:39). Dengan demikian ini merupakan peran horizontal
(hablu min an-nas)
Adanya
banyak istilah untuk manusia bukan berarti sebagai suatu dualitas, melainkan
tetap pada satu kesatuan pribadi, integrasi kepribadian. Sebagai sebaik-baik
ciptaan (QS. 95:4). Meskipun demikian dia dapat lebih hina dari binatang
ternak, yaitu ketika merka tidak menggunakan hati pikiran dia intuk memahami,
mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar (QS. 7:179).
Mereka
dalam ayat tersebut adalah orang yang tidak pernah memikirkan tentang nasib
orang lain, karena dirinya telah tertutupi oleh nafsu dan tamak terhadap harta,
jabatan dan lawan jenis. Mereka enggan untuk memberi nafkah pada anak yatim,
dan meskipun mereka shalat sesungguhnya lalai dalam shalatnya. (QS.107:1-7)
ibadahnya hanya karena riya dan untuk meningkatkan prestise dan status
sosialnya saja. Penyakit sosial yang paling akut adalah ketika seseorang tidak
peduli kepada sesamanya.
Orang-orang
tersebut adalah orang yang tidak pernah memikirkan orang lain, sehingga dia
menebang hutan seenaknya saja, sehingga bencana banjir, angin putingbeliung
terjadi di mana-mana. Orang seperti ini jika menjadi pemimpin maka ia akan
zalim, tidak adil dan tidak pernah berpihak pada rakyat, manipulasi data dan
berpura-pura tidak melihat bahwa kemiskinan masih ada di mana-mana dan semakin
meningkat jumlahnya. Mereka akan dipintai pertanggungjawabannya dan mereka akan
dikembalikan pada seburuk-buruknya tempat (QS. 95:5)
Menarik
kita renungkan bahwa di negeri mayoritas muslim ini masyarakatnya hidup jauh di
bawah garis kemiskinan, sementara di sisi lain ada orang-orang muslim yang
sangat kaya raya dan menguasai perusahan-perusahan besar di negeri ini.
Jikalaupun ada alokasi dana untuk kaum miskin, sudah dipangkas terlenih dahulu.
Mungkin
perlu kita mengambil hikmah dari keberadaan Adam di surga, yaitu untuk
memerikan gambaran kehidupan ideal. Mari kita bangun kembali serpihan surga
yang terlempar ke bumi bernama Indonesia ini dengan mengenali diri kita dari
informasi dari Sang Pencipta. waallu a'alam bisshawab.
M.
Habibi. 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar