Rabu, 09 Mei 2012

Membaca Tulisan Sendiri

Aku malu dengan tulisanku sendiri ketika dibaca oleh orang lain, entah karena apa? Pengalaman yang tak pernah aku lupakan ketika aku mendapatkan tugas kuliah yang spesifikasiksinya berhubungan dengan agama, perubahan sosial dan globalisasi. Hubungan diantara sub ketiga tema itulah yang harus ada diesai. Tanpa ada rasa berdosa sedikit pun, dosen ku mengumpat dengan mencemooh “tulisan turun dari langit” serontak aku tak terima dengan kejian yang telah mempermalukan ku di depan kelas, hanya karena problem yang menurut ku tidak realistis untuk di katakan di depan umum, karena menurutku ada kecendrungan mematikan karakter dan mental mahasiswanya.
Entah berapa waktu aku tidak terima dengan perkataan dosenku, karena kalimat tersebut secara tidak langsung (tersurat) tulisanku hasil dari plagiasi. Aku dengan tenang ketika di depan kelas  membantah kalau saya mampu membuktikan tulisaku tidak ada sedikitpun penciplakan, kalaupun ada itu hanya kebetulan. contoh plagiasi yang bisa rasional, copy-paste secara keseluruhan tanpa menyertakan sumbernya, entah itu tulisan, pemikiran, penambahan dan pengurangan kalimat.
Hanya karena tema yang saya angkat tidak berkonsen dengan 3:1 sub judul di atas (globalisasi) menyentuh pada wacana Globalisasi. Sudah secara sengaja mematikan karekter mahasiswa di depan kelas, dengan krits tanpa mau memotivasi mahasiswanya untuk terus berfikr secara cerdas. Tidak itu saja, saya bersebrangan ketika mewacanakan Globalisasi yang kata pak Dosen sebagai representasi dari Modenisasi. Jelas aku tidak bisa terima ketika dosen ku mengatakan untuk beberapa kali di kelas,. Semabari ku potong langsungsung yang juga di barenginya dengan jam kelas yang sudah usai, ahirnya, gondok ku mulai dengan mencemooh dalam hati.
Selanjunya, 3-4 hari saya memberikan tulisan saya tentang sejarah, pengaruh globlisasi dalam dunia ke-3 yang syarat akan perubahan dari segi agama. 2-3 artikel saya berikan kepada Dosen pengapu mata kuliah tersebuh dengan harapan mampu memberikan secara rasional kenapa esai saya di anggap “turun dari langi” dengan balasan berupan tulisan, ahirnya setelah menjelang hari tenang menjelang UAS, aku di panggil dan di berikan 3 lembar kertas folio dengan ketikan lama (mesin tik). Bliau bilang itu tulisan sebagai jawaban 3 artikel ku selama 1 semester.
Belum ku baca sambil ku masukan dalam tas, bliau dengan senyumnya mengatakan “teruslah membaca dan menulis”. entah apa itu maksud dari perkataannya. Dengan reflek aku menjawab, iya pak.
Mulai dari situlah, aku yang setiap harinya mendorong diriku untuk menulis, tentunya dasar dari itu semuanya adalah membaca. Menceritakan semuanya yang menurutku menarik untuk bisa ku ceritakan. Lebih banyaknya mengamplikasikan apa yang sudah di dapat dari bacaan-bacaan dan teori-teori yang di dapat di kelas.
Teruslah menulis...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar