Dalam keseharian kita akan
berinteraksi dengan banyak orang, baik di tempat kerja maupun di tempat lain.
Kita berupaya bagaimana agar selalu bisa menghargai pandangan orang lain
meskipun kita tidak selalu sepaham dengan orang yang diajak bicara. Lebih dari
itu, kita berharap agar orang yang kita ajak bicara itu mau menerima ide atau
gagasan yang dikemukakan, tanpa menyinggung perasaannya dan dia merasa
dihormati.
Dalam setiap kesempatan mendampingi
pimpinan Yayasan Damandiri, yang juga sosiolog, Prof Dr Haryono Suyono saat
bertemu dengan pimpinan daerah, maupun pimpinan perguruan tinggi di berbagai
tempat, beliau selalu menawarkan berbagai program kerja sama kemitraan.
Intinya, bagaimana membantu masyarakat dan bangsa yang masih dalam kategori
miskin ini, untuk bangkit dari berbagai keterpurukan dan keterbelakangan. Dasar
pemikirannya adalah pencapaian target pembangunan milenium (millennium
development goals/MDGs) yang menjadi target dunia dan peningkatan indeks
pembangunan manusia (IPM) Indonesia secara keseluruhan.
Sebagai seorang pemimpin yang
visioner dan kemampuan berbicara yang luar biasa, beliau berpedoman dari
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang pembangunan berkeadilan,
melakukan kampanye menyukseskan delapan sasaran MGDs ke seluruh Tanah Air. Poin
pentingnya adalah biasanya beliau selalu mendengar dulu, memperhatikan apa yang
dikatakan lawan bicaranya, dan mencermati. Yang penting menghargai pendapat
lawan bicara, bukan langsung mematahkan atau mencela apa yang disampaikan.
Tetapi, dengan penuh kesopanan menghargai pendapat dan program-program yang
telah dijalankannya.
Setelah itu, beliau baru menambahkan
dengan memasukan ide-ide yang ada di dalam pikirannya, bahkan ide-ide yang
disampaikan itu jauh lebih baik dan lebih banyak ketimbang apa yang selama ini
diprogramkan. Dengan cara-cara yang terlihat seolah-olah hanya intuitif, tetapi
sebenarnya menggunakan teori-teori yang luar biasa hebatnya.
Dengan pendekatan seperti itu,
hampir semua masukan diterima dengan senang hati tanpa merasa tersinggung bagi
yang menerimanya. Bahkan, tahap berikutnya mereka yang menjadi lawan bicara itu
mengajak seluruh jajarannya untuk mengimplementasikan buah pembicaraan
tersebut.
Dalam hal ini, saya diingatkan oleh
seorang penulis buku terkenal, David J Schwartz, PhD, berjudul The Magic of
Thinking Big atau buku yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,
"Berpikir dan Berjiwa Besar". Teori ini kira-kira yang sebagian
diadopsi oleh seorang Haryono, yang notebene adalah seorang sosiolog lulusan
Universitas Chicago, salah satu universitas terkemuka di AS. Setiap langkah dan
gerak-geriknya yang kadang-kadang terkesan intuitif, tetapi sebenarnya penuh
dengan teori-teori sosiologi dan komunikasi yang luar biasa.
Penulis buku ini mengajarkan kepada
pembacanya, bahwa betapa kemampuan olah pikir seseorang menjadi faktor penentu
keberhasilan untuk meraih kesuksesan. Berpikir besar memberikan keajaiban yang
luar biasa untuk mencapai puncak karier, dan ide-ide cemerlang muncul dari jiwa
yang tangguh dan memiliki kepercayaan yang tinggi. Dari sekumpulan tulisan-tulisan
David J Schwartz, ada hal yang menarik dan mengajarkan kepada kita bagaimana
melakukan langkah-langkah berpikir kreatif dan inovatif.
Menurutnya, kita harus memiliki
percaya diri yang tinggi, karena dengan percaya diri segala sesuatu dapat
dilakukan dan pikiran kita juga mampu untuk mencari cara-cara untuk
melakukannya. Kita harus menjauhkan diri dari kata-kata mustahil, tidak akan
berhasil, tidak dapat dilakukan ataupun tidak ada gunanya, karena kata-kata
tersebut mengandung arti kita lemah dan kalah sebelum perang ataupun
bertanding.
Sebaiknya, dalam pembicaraan dengan
orang lain kita selalu mencoba melakukan pendekatan-pendekatan baru dan mencari
solusi, serta pandangan yang progresif dan inovatif. Melatih diri dengan
bertanya dan mendengar, karena dengan mendengar kita memiliki bahan mentah dan
kemudian diolah menjadi suatu keputusan yang hebat dan cemerlang. Dengan cara
demikian kita dapat memperluas pikiran dengan merangsang ide dan gagasan dan
dapat bergabung dengan orang lain yang dapat membantu kita memikirkan ide-ide
dan cara baru untuk melakukan sesuatu.
Dengan kebiasaan kita berpikir
positif tentang orang lain, maka hidup kita akan semakin ringan dan disukai
banyak orang, mampu membangun persahabatan, mau menerima adanya perbedaan,
menghargai sifat-sifat orang lain, berbicara jujur, dan selalu ramah. Yang
tidak kalah pentingnya adalah tidak menyalahkan orang lain ketika kita menerima
pukulan atau sedang menghadapi masalah.
Prinsip demikian sejalan dengan
upaya yang dilakukan oleh Yayasan Damandiri dan berbagai mitra kerjanya,
termasuk perguruan tinggi dan pemerintahan daerah serta lembaga keuangan untuk
membentuk dan mengembangan pos-pos pemberdayaan keluarga (posdaya) di seluruh
Indonesia. Tujuannya antara lain membangun kebersamaan antara warga masyarakat,
meningkatkan harga diri bangsa, meningkatkan kepercayaan diri masyarakat,
khususnya masyarakat pendesaan, merubah cara berpikir individualistik menjadi
kebersamaan, dan yang paling penting berpikir positif dan hidup saling
gotong-rotong dan saling menghargai sesama anak bangsa.
Dengan cara-cara demikian upaya yang
dilakukan akan membawa dampak yang positif terhadap upaya pengentasan
kemiskinan dan secara nasional akan meningkatkan IPM Indonesia menuju Indonesia
yang lebih baik dan lebih sejahtera. Berpikir positif dan menghargai pandangan
orang lain membuat hidup lebih bermakna.
Mulyono D. Prawiro
DOSEN
PASCASARJANA UNIVERSITAS SATYAGAMA, JAKARTA
SUMBER : SUARA KARYA, 22 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar