Kamis, 22 Maret 2012

Membangun Kepercayaan Masyarakat

Dalam keseharian kita akan berinteraksi dengan banyak orang, baik di tempat kerja maupun di tempat lain. Kita berupaya bagaimana agar selalu bisa menghargai pandangan orang lain meskipun kita tidak selalu sepaham dengan orang yang diajak bicara. Lebih dari itu, kita berharap agar orang yang kita ajak bicara itu mau menerima ide atau gagasan yang dikemukakan, tanpa menyinggung perasaannya dan dia merasa dihormati.

Dalam setiap kesempatan mendampingi pimpinan Yayasan Damandiri, yang juga sosiolog, Prof Dr Haryono Suyono saat bertemu dengan pimpinan daerah, maupun pimpinan perguruan tinggi di berbagai tempat, beliau selalu menawarkan berbagai program kerja sama kemitraan. Intinya, bagaimana membantu masyarakat dan bangsa yang masih dalam kategori miskin ini, untuk bangkit dari berbagai keterpurukan dan keterbelakangan. Dasar pemikirannya adalah pencapaian target pembangunan milenium (millennium development goals/MDGs) yang menjadi target dunia dan peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia secara keseluruhan.

Sebagai seorang pemimpin yang visioner dan kemampuan berbicara yang luar biasa, beliau berpedoman dari Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang pembangunan berkeadilan, melakukan kampanye menyukseskan delapan sasaran MGDs ke seluruh Tanah Air. Poin pentingnya adalah biasanya beliau selalu mendengar dulu, memperhatikan apa yang dikatakan lawan bicaranya, dan mencermati. Yang penting menghargai pendapat lawan bicara, bukan langsung mematahkan atau mencela apa yang disampaikan. Tetapi, dengan penuh kesopanan menghargai pendapat dan program-program yang telah dijalankannya.

Setelah itu, beliau baru menambahkan dengan memasukan ide-ide yang ada di dalam pikirannya, bahkan ide-ide yang disampaikan itu jauh lebih baik dan lebih banyak ketimbang apa yang selama ini diprogramkan. Dengan cara-cara yang terlihat seolah-olah hanya intuitif, tetapi sebenarnya menggunakan teori-teori yang luar biasa hebatnya.

Dengan pendekatan seperti itu, hampir semua masukan diterima dengan senang hati tanpa merasa tersinggung bagi yang menerimanya. Bahkan, tahap berikutnya mereka yang menjadi lawan bicara itu mengajak seluruh jajarannya untuk mengimplementasikan buah pembicaraan tersebut.

Dalam hal ini, saya diingatkan oleh seorang penulis buku terkenal, David J Schwartz, PhD, berjudul The Magic of Thinking Big atau buku yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, "Berpikir dan Berjiwa Besar". Teori ini kira-kira yang sebagian diadopsi oleh seorang Haryono, yang notebene adalah seorang sosiolog lulusan Universitas Chicago, salah satu universitas terkemuka di AS. Setiap langkah dan gerak-geriknya yang kadang-kadang terkesan intuitif, tetapi sebenarnya penuh dengan teori-teori sosiologi dan komunikasi yang luar biasa.

Penulis buku ini mengajarkan kepada pembacanya, bahwa betapa kemampuan olah pikir seseorang menjadi faktor penentu keberhasilan untuk meraih kesuksesan. Berpikir besar memberikan keajaiban yang luar biasa untuk mencapai puncak karier, dan ide-ide cemerlang muncul dari jiwa yang tangguh dan memiliki kepercayaan yang tinggi. Dari sekumpulan tulisan-tulisan David J Schwartz, ada hal yang menarik dan mengajarkan kepada kita bagaimana melakukan langkah-langkah berpikir kreatif dan inovatif.

Menurutnya, kita harus memiliki percaya diri yang tinggi, karena dengan percaya diri segala sesuatu dapat dilakukan dan pikiran kita juga mampu untuk mencari cara-cara untuk melakukannya. Kita harus menjauhkan diri dari kata-kata mustahil, tidak akan berhasil, tidak dapat dilakukan ataupun tidak ada gunanya, karena kata-kata tersebut mengandung arti kita lemah dan kalah sebelum perang ataupun bertanding.

Sebaiknya, dalam pembicaraan dengan orang lain kita selalu mencoba melakukan pendekatan-pendekatan baru dan mencari solusi, serta pandangan yang progresif dan inovatif. Melatih diri dengan bertanya dan mendengar, karena dengan mendengar kita memiliki bahan mentah dan kemudian diolah menjadi suatu keputusan yang hebat dan cemerlang. Dengan cara demikian kita dapat memperluas pikiran dengan merangsang ide dan gagasan dan dapat bergabung dengan orang lain yang dapat membantu kita memikirkan ide-ide dan cara baru untuk melakukan sesuatu.

Dengan kebiasaan kita berpikir positif tentang orang lain, maka hidup kita akan semakin ringan dan disukai banyak orang, mampu membangun persahabatan, mau menerima adanya perbedaan, menghargai sifat-sifat orang lain, berbicara jujur, dan selalu ramah. Yang tidak kalah pentingnya adalah tidak menyalahkan orang lain ketika kita menerima pukulan atau sedang menghadapi masalah.

Prinsip demikian sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh Yayasan Damandiri dan berbagai mitra kerjanya, termasuk perguruan tinggi dan pemerintahan daerah serta lembaga keuangan untuk membentuk dan mengembangan pos-pos pemberdayaan keluarga (posdaya) di seluruh Indonesia. Tujuannya antara lain membangun kebersamaan antara warga masyarakat, meningkatkan harga diri bangsa, meningkatkan kepercayaan diri masyarakat, khususnya masyarakat pendesaan, merubah cara berpikir individualistik menjadi kebersamaan, dan yang paling penting berpikir positif dan hidup saling gotong-rotong dan saling menghargai sesama anak bangsa.

Dengan cara-cara demikian upaya yang dilakukan akan membawa dampak yang positif terhadap upaya pengentasan kemiskinan dan secara nasional akan meningkatkan IPM Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik dan lebih sejahtera. Berpikir positif dan menghargai pandangan orang lain membuat hidup lebih bermakna.

Mulyono D. Prawiro
DOSEN PASCASARJANA UNIVERSITAS SATYAGAMA, JAKARTA
SUMBER : SUARA KARYA, 22 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar