Di
bulan yang penuh berkah ini, umat muslim di seluruh dunia serempak melaksankan
salah satu rukun Islam yang ke Lima. Yaitu Ibadah Haji, gemar suara takbir
saling bersahut-sahutan dari masjid dan Musholah-musholah adalah tanda ataupun
simbol dari hari yang intime bagi semua umat muslim di negara ini. Hari raya
idhul Adha.
Ya.
Ibadah haji. Boleh di lakukan oleh umat muslim jika seseorang tersebut mampu
untuk melaksanakannya. Hal yang bisa kita pahami dari sudut sosiologi bahwa
Indah Haji adalah bentuk ritual umat Islam yang mengajarkan bagaimana bentuk
kebersamaan di antara semua perbedaan yang ada terkecuali kesamaan sebagai yang
di ciptakan oleh Sang Pencipta-Nya.
Dengan
Ibadah Haji. Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal segala bentuk
perbedaan status sosial, itu kaya dan itu miskin, apakah itu seorang wakil
rakyat/pejabat ataupun rakyat. Yang
berkulit hitam ataupun berkulit putih semuanya sama dengan di simbolkan dengan
berpakaian putih, yang menyimbolkan bersih dari segala sesuatu bentuk dosa.
Di
hari Idul Adha juga khususnya bagi umat Islam yang mampu dianjurkan untuk
berkurban dan menyembelih binatang kurban. Pada dasarnya, penyembelihan
binatang kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan
sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan
perintah Tuhan yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan
sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi
kemanusiaan.
Bentuk
solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian
daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam
adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan
disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa
kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan
sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Saat
ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan
kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat
Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali,
namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang
menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua
kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar