Rabu, 26 Oktober 2011

Fenomena Kesalehan Sosial

Di bulan yang penuh berkah ini, umat muslim di seluruh dunia serempak melaksankan salah satu rukun Islam yang ke Lima. Yaitu Ibadah Haji, gemar suara takbir saling bersahut-sahutan dari masjid dan Musholah-musholah adalah tanda ataupun simbol dari hari yang intime bagi semua umat muslim di negara ini. Hari raya idhul Adha.
Ya. Ibadah haji. Boleh di lakukan oleh umat muslim jika seseorang tersebut mampu untuk melaksanakannya. Hal yang bisa kita pahami dari sudut sosiologi bahwa Indah Haji adalah bentuk ritual umat Islam yang mengajarkan bagaimana bentuk kebersamaan di antara semua perbedaan yang ada terkecuali kesamaan sebagai yang di ciptakan oleh Sang Pencipta-Nya.
Dengan Ibadah Haji. Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal segala bentuk perbedaan status sosial, itu kaya dan itu miskin, apakah itu seorang wakil rakyat/pejabat ataupun  rakyat. Yang berkulit hitam ataupun berkulit putih semuanya sama dengan di simbolkan dengan berpakaian putih, yang menyimbolkan bersih dari segala sesuatu bentuk dosa.
Di hari Idul Adha juga khususnya bagi umat Islam yang mampu dianjurkan untuk berkurban dan menyembelih binatang kurban. Pada dasarnya, penyembelihan binatang kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Saat ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar