BAGI umat Islam, pemimpin paling
pemimpin tentulah Nabi Agung Muhammad SAW. Hamba yang dipilih Allah untuk
menjadi pemimpin dunia dan akhirat. Pemimpin yang memimpin manusia menuju
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin pilihan
Allah dianugerahi-Nya sifat-sifat yang apabila ditiru-contoh pemimpin-pemimpin
dunia (zuama) maupun ''pemimpin-pemimpin akhirat'' (ulama) pasti akan sukses
Sebagai pemimpin manusia, Nabi
Muhammad SAW bukan saja manusia sejati. Tapi, beliau juga manusia yang mengerti
manusia dan manusia yang memanusiakan manusia. Banyak pemimpin yang tampaknya
manusia, namun tidak mengerti manusia. Mereka pikir semua manusia sama atau
harus sama dengan mereka. Banyak pemimpin yang tidak memanusiakan manusia.
Tidak mampu menghargai manusia sebagai manusia, sebagaimana Allah sendiri
menghargainya (Q 17: 70).
Nabi Muhammad SAW sangat mengerti
dan menghargai manusia. Mengerti bahwa manusia itu tidak sama, baik dalam hal
kemampuan fisik, pemikiran, maupun kecenderungan-kecenderungannya. Beliau
membedakan ujarannya kepada setiap orang sesuai dengan daya tangkap yang
bersangkutan. Demikian pula perintah-perintahnya.
Apabila ujaran, perintah, atau
ajaran umum untuk semua orang; maka selalu berciri tawassuth, tengah-tengah dan
dikaitkan dengan kemampuan dan kesanggupan. "Idzaaaa amartukum biamrin
fa'tu minhu mastatha'tum," kata beliau. Apabila aku memerintahkan sesuatu
kepadamu, laksanakanlah semampumu. Itu sejalan dengan firman Allah,
"IttaquuLlaaha mastatha'tum" (Q 64: 16).
Sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW
dianugerahi kelembutan hati, kelapangan dada, dan rasa belas kasihan yang
mendalam terhadap mereka yang dipimpinnya. Beliau tidak kasar dan apalagi
kejam, baik dalam tindakan atau sekadar ucapan. Beliau lebih suka memaafkan
daripada membalas sikap bodoh orang. Bahkan, untuk mereka yang berdosa kepada
Tuhan, beliau memohonkan ampun.
Meskipun seorang utusan Tuhan,
Rasulullah, beliau tidak segan-segan bermusyawarah dengan para pengikutnya
dalam berbagai masalah. Itu sesuai dengan yang diperintahkan Tuhannya dalam Q
3: 159. Faktor itulah yang membuat beliau dicintai dan ajakannya mendapat
sambutan yang luar biasa.
Ada ciri lain yang sangat penting
yang perlu ditiru oleh mereka yang ingin menjadi pemimpin masyarakat dan perlu
dicatat masyarakat yang akan memilih pemimpin. Dalam kalimat yang singkat dan
padat, Allah memerikan rasul-Nya yang agung ini dengan firman-Nya: "Laqod
jaa-akum Rasuulun min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum, hariishun
'alaikum bilmu'miniina rauufun rahiim" (Q 9: 128).
"Sungguh telah datang kepada
kalian, seorang rasul dari kalangan kalian sendiri yang sangat tidak tahan
melihat penderitaan kalian, penuh perhatian terhadap kalian, dan kepada
orang-orang yang beriman amat mengasihi dan menyayangi" (Ini terjemahan
bebas saya yang mungkin sedikit berbeda dengan terjemahan Al-Quran dan
Terjemahannya terbitan Mujamma Al-Malik Fahd Madinah yang berasal dari
terjemahan Departemen Agama RI yang menerjemahkan kalimat 'aziizun 'alaihi maa
'anittum secara harfiah dengan: "berat terasa olehnya
penderitaanmu").
Dalam firman yang singkat padat ini,
kita bisa jelas melihat bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin memiliki
karakter utama: (a) tidak tahan melihat - atau menurut "terjemahan
Depag" berat terasa olehnya - penderitaan umatnya; (b) penuh perhatian
kepada mereka; dan (c) terhadap mereka yang beriman, sangat mengasihi dan
menyayangi.
Seluruh hidup pemimpin Agung yang
lemah lembut, santun, dan tidak kasar - yang kita peringati hari kelahirannya
saat ini - dikhidmahkan untuk melaksanakan perintah Allah; memikirkan dan
memperjuangkan kebahagiaan umat dan menghilangkan penderitaan mereka, baik di
dunia maupun di akhirat.
Limpahkanlah ya Allah, salawat dan
salam-Mu kepada Pemimpin Agung kami. Dan anugerahilah kami pemimpin yang
meneladani kepekaan, kelembutan, perhatian, dan kasih sayangnya kepada umat.
Amin.
* A Mustofa
Bisri ;
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar