Sabtu, 16 November 2013

Aku anak Seorang Petani

Dterlahir dari seorang petani, dan di besarkan di lingkungan petani? Dan akupun sadar, jika dulu menjadi seorang petani adalah suatu yang tidak sembarang orang bisa menyepelakan profesi petani. Pada massanya presiden Soeharto petani-petani sangatlah makmur, kenapa? Alasan yang aku dapatkan dari kakek ku (alm) dulu petani tidak sengsara seperti sekarang, apa-apa malah, semisal pupuk ya dulu malah di kasih secara cuman-cuman, dan untuk menjual hasilnya saja kita tidak binggung untuk mau dijual kemana dengan harga yang sepadan, tidak seperti sekarang, seakan-akan negara tidak mendukung program apapun yang di rencanakan oleh para petani.
Apakah menjadi petani merupakan sebuah petaka bagi generasi pemudah bangsa sekarang ini ? Petani merupakan profesi kultural dari bangsa kita ini, bangsa Indonesia yang saat ini mungkin generasi mudanya sudah tidak akan mau berprofesi menjadi petani dan mulai malu dan meninggalkan profesi yang bersentuhan dengan yang namanya petani.
Dengan capaian strata pendidikan dan kualitas yang dimiliki oleh  generasi muda saat ini, seakan-akan merasakan bahwa menjadi petani bukanlah profesi yang berkualitas bagi seorang yang tinggi ilmunya. Para sarjana pertanian lebih banyak bekerja di kantor-kantor pemerintahan, ketimbang terjun ke sawah untuk mengelolah sumber daya alam yang tidak terbatas tersebut. Generasi mendatang menjadi generasi administratif dan lepas tanggung jawab serta usaha untuk memberdayakan alam bagi peningkatan kesejahteraan.
Hal tersebut juga berakibat pada banyaknya lahan pertanian yang dijual (karena tidak lagi dimanfaatkan) untuk kepentingan pembangunan gedung, dari pada perluasan lahan pertanian. Profesi petani lebih banyak didiskusikan untuk dibela dan diperjuangkan haknya lewat demonstrasi dan diskusi ilmiah, ketimbang menjadi menekuni menjadi petani itu sendiri. Generasi muda lebih emosional ketika berteriak memperjuangkan hak dari petani, namun mereka tidak siap untuk menjadi seorang petani.
Disisi lain, secara demokrasi keperpihakan kepada profesi ini tidaklah secara nyata-nyata diperjuangkan. Contoh saja baliho-baliho yang berjejeran berpotren dengan petani tertempel di muka-mukan jalan. Banyak kepentingan politis yang menggunakan profesi ini untuk mencapai tujuan kelompok atau partai tertentu. Pada saat pemilihan wakil rakyat, seringkali semua calon menonjolkan dirinya sebagai wakil para petani. Namun hal tersebut, hanyalah untuk meningkatkan statu bahwa  jika aku terpilih akan berpihakan pada masyarakat (petani). Sekali lagi profesi ini hanya menjadi tunggangan politik belaka. Setelah para calon pemimpin/ wakil rakyat ini terpilih, maka kebutuhan yang berkaitan dengan keberlangsungan profesi (petani) dikesampingkan dan bahkan kadangkala dipinggirkan. Aku merasakan, seakan-akan sekarang profesi ini makin jauh dari kecintaan (khususnya) generasi terdidik.

Akankah nanti kelak ketika aku menjadi seperti umur Bapak ku sekarang, bangsa ini akan mengimpor beras, pangan lainnya dari negara luar. Itu seudah terbukti untuk waktu sekarang ini, dari mulai beras, kedelai saja kita harus mengemis dari luar negeri. Petani sangat penting bagi bangsa ini, Untuk itu petani bukan saja harus diperjuangkan, namun juga segenap rakyat Indonesia perlu kembali menjadi petani. Betapa bangganya bangsa ini, jika suatu saat dipimpin atau memiliki seorang Presiden yang merupakan seorang petani. Karena dialah rakyat Indonesia yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar