Dterlahir
dari seorang petani, dan di besarkan di lingkungan petani? Dan akupun sadar,
jika dulu menjadi seorang petani adalah suatu yang tidak sembarang orang bisa
menyepelakan profesi petani. Pada massanya presiden Soeharto petani-petani
sangatlah makmur, kenapa? Alasan yang aku dapatkan dari kakek ku (alm) dulu
petani tidak sengsara seperti sekarang, apa-apa malah, semisal pupuk ya dulu
malah di kasih secara cuman-cuman, dan untuk menjual hasilnya saja kita tidak
binggung untuk mau dijual kemana dengan harga yang sepadan, tidak seperti
sekarang, seakan-akan negara tidak mendukung program apapun yang di rencanakan
oleh para petani.
Apakah
menjadi petani merupakan sebuah petaka bagi generasi pemudah bangsa sekarang
ini ? Petani merupakan profesi kultural dari bangsa kita ini, bangsa Indonesia
yang saat ini mungkin generasi mudanya sudah tidak akan mau berprofesi menjadi
petani dan mulai malu dan meninggalkan profesi yang bersentuhan dengan yang
namanya petani.
Dengan
capaian strata pendidikan dan kualitas yang dimiliki oleh generasi muda saat ini, seakan-akan merasakan
bahwa menjadi petani bukanlah profesi yang berkualitas bagi seorang yang tinggi
ilmunya. Para sarjana pertanian lebih banyak bekerja di kantor-kantor
pemerintahan, ketimbang terjun ke sawah untuk mengelolah sumber daya alam yang
tidak terbatas tersebut. Generasi mendatang menjadi generasi administratif dan
lepas tanggung jawab serta usaha untuk memberdayakan alam bagi peningkatan
kesejahteraan.
Hal
tersebut juga berakibat pada banyaknya lahan pertanian yang dijual (karena
tidak lagi dimanfaatkan) untuk kepentingan pembangunan gedung, dari pada
perluasan lahan pertanian. Profesi petani lebih banyak didiskusikan untuk
dibela dan diperjuangkan haknya lewat demonstrasi dan diskusi ilmiah, ketimbang
menjadi menekuni menjadi petani itu sendiri. Generasi muda lebih emosional
ketika berteriak memperjuangkan hak dari petani, namun mereka tidak siap untuk
menjadi seorang petani.
Disisi
lain, secara demokrasi keperpihakan kepada profesi ini tidaklah secara
nyata-nyata diperjuangkan. Contoh saja baliho-baliho yang berjejeran berpotren
dengan petani tertempel di muka-mukan jalan. Banyak kepentingan politis yang
menggunakan profesi ini untuk mencapai tujuan kelompok atau partai tertentu.
Pada saat pemilihan wakil rakyat, seringkali semua calon menonjolkan dirinya
sebagai wakil para petani. Namun hal tersebut, hanyalah untuk meningkatkan
statu bahwa jika aku terpilih akan
berpihakan pada masyarakat (petani). Sekali lagi profesi ini hanya menjadi
tunggangan politik belaka. Setelah para calon pemimpin/ wakil rakyat ini
terpilih, maka kebutuhan yang berkaitan dengan keberlangsungan profesi (petani)
dikesampingkan dan bahkan kadangkala dipinggirkan. Aku merasakan, seakan-akan
sekarang profesi ini makin jauh dari kecintaan (khususnya) generasi terdidik.
Akankah
nanti kelak ketika aku menjadi seperti umur Bapak ku sekarang, bangsa ini akan
mengimpor beras, pangan lainnya dari negara luar. Itu seudah terbukti untuk
waktu sekarang ini, dari mulai beras, kedelai saja kita harus mengemis dari
luar negeri. Petani sangat penting bagi bangsa ini, Untuk itu petani bukan saja
harus diperjuangkan, namun juga segenap rakyat Indonesia perlu kembali menjadi
petani. Betapa bangganya bangsa ini, jika suatu saat dipimpin atau memiliki
seorang Presiden yang merupakan seorang petani. Karena dialah rakyat Indonesia
yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar