Saya
adalah salah satu dari banyak pengindolan dari jagat raya ini. Tidak terlalu
berlebih-lebih jika saya sagat terimprirasi dari pemimpin-pemimpinan zaman, dan
yang tergantikan selama ini adalah bliau Nabi Mumahammad SWA. Tidak hanya itu
saja, pemimpin-pemimpin zaman lainya pun dari sisi keuletah dalam menjalani
kehidupan di masa-masa kepemimpinan pun menjadi bagian dari bagaimana kita
bermimpi menjadi pemimpin kelak esok hari yang pada saat gilirannya saya
ataupun kalian menjadi pemimpin.
Ketika
saya semester I saat itu saya masing ingat, dosen itu bernama Ahmad Mohammad
lulusan Kairo Al-Azhar yang mengazar saya ketika belajar Bahasa Arab? Bliau
pernah mengatakan kira-kira begini? Siapa diantara kalian yang tidak ingin
menjadi pemimpin? Jawaban tepatnya? Tentu semuanya menjawab dengan “Mau”!!!
lalu bliau bertanya dengan semua mahasiswa, diantara pemimpin zaman siapa yang
kalian kenal? Ada yang menjawab ada juga tidak?
Selanjunya,
bliau berkata dengan sedikit memberika wawasan menjadi pemimpin? Untuk menjadi
seorang pemimpin maka kita juga harus mengenah pemimpin-pemimpin zaman. Salah
satunya pemimpin zaman itu adalah Nabi mu sendiri, yaitu Nabi Muhammad SWA yang
mencapai tujuan hidupnya berupa keselamatan, kebahagian dan kesejahteraan di
dunia dan di ahirat yang seharusnya kita lebih mengenalnya.
Dari
situlah kenapa saya menulis ini, dan saya banyak belajar “dimuali dari” diri
saya sendiri dan orang lain (bermasyarakat dan lingkungan sosial di sekitarku).
Kepemimpinan
dalam dunia Islam dikenal ada beberapa istilah yaitu khilafah, imamah, imarah,
wilayah, sultan, mulk dan ri’asah. Ada juga yang menyamakan istilah-istilah
tersebut di atas dan ada pula yang membedakannya. Untuk penyebutan pemimpin
dalam pemerintahan (kepala negara), istilah khalifah, imam dan amir yang juga sering digunakan.
Siapa
diantara kalian yang tidak memipikan menjadi pemimpin, karena pemimpian adalah
tampuk dari segi kekuasaan. Jadi tidak terelakan juga posisi kepemimpinan
menjadi rebutan baik secara individu maupun kelompok. Dengan cara apapun di
lakukan dengan keniatan busuk yang hanya menginginkan upah dan pemuas hawa
nafsu, dan akibat dari pemimpinan seperti itulah rakyat menjadi korban tak
berdosa.
Jika
dihadapkan dengan kondisi kepemimpinan yang sekarang ini. Ketika ada pemimpin
yang berkualitas baik, buruk, sedikit yang sakit secara sosial yang “egoistis,
kejam, serakah koruptif tentunya itu akan sangat menyedihkan bagi sebagaian
kalanggan. Terlebih lagi kepemimpinnan yang abnormal saat ini semakin meningkat
terutama di Indonesia.
Dari
segi pertanggung jawabannya ketika menjadi seorang pemimpin pun tidak mudah,
apalagi menjadi pemimpin berbangsa dan bernegara.
Masih
dari sisi tanggung jawab seoarangpemimpin begitu beratnya, karena memang dari
hakikat kepemimpinan itu sendiri memiliki dua dimensi. Pertama adalah
pertanggungjawaban yang harus disampaikan pada orang-orang yang dipimpinnya.
Kedua adalah pertanggungjawabannya kepada Allah tentang kesungguhan dan
kemampuannya dalam mengikuti serta menjalankan petunjuk Allah dan keteladanan
Nabi Muhammad dalam memimpin.
Berangakat
dari dua dimensi di atas tanggungnjawaban tersebut pada poin kedua dipenuhi dan
di laksanakan secara baik semata-mata karena Allah SWT., maka secara pasti dimensi
pertama juga terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar