Jumat, 17 Agustus 2012

Mengidolakan Sosok Pemimpin Zaman

Saya adalah salah satu dari banyak pengindolan dari jagat raya ini. Tidak terlalu berlebih-lebih jika saya sagat terimprirasi dari pemimpin-pemimpinan zaman, dan yang tergantikan selama ini adalah bliau Nabi Mumahammad SWA. Tidak hanya itu saja, pemimpin-pemimpin zaman lainya pun dari sisi keuletah dalam menjalani kehidupan di masa-masa kepemimpinan pun menjadi bagian dari bagaimana kita bermimpi menjadi pemimpin kelak esok hari yang pada saat gilirannya saya ataupun kalian menjadi pemimpin.
Ketika saya semester I saat itu saya masing ingat, dosen itu bernama Ahmad Mohammad lulusan Kairo Al-Azhar yang mengazar saya ketika belajar Bahasa Arab? Bliau pernah mengatakan kira-kira begini? Siapa diantara kalian yang tidak ingin menjadi pemimpin? Jawaban tepatnya? Tentu semuanya menjawab dengan “Mau”!!! lalu bliau bertanya dengan semua mahasiswa, diantara pemimpin zaman siapa yang kalian kenal? Ada yang menjawab ada juga tidak?
Selanjunya, bliau berkata dengan sedikit memberika wawasan menjadi pemimpin? Untuk menjadi seorang pemimpin maka kita juga harus mengenah pemimpin-pemimpin zaman. Salah satunya pemimpin zaman itu adalah Nabi mu sendiri, yaitu Nabi Muhammad SWA yang mencapai tujuan hidupnya berupa keselamatan, kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan di ahirat yang seharusnya kita lebih mengenalnya.
Dari situlah kenapa saya menulis ini, dan saya banyak belajar “dimuali dari” diri saya sendiri dan orang lain (bermasyarakat dan lingkungan sosial di sekitarku).
Kepemimpinan dalam dunia Islam dikenal ada beberapa istilah yaitu khilafah, imamah, imarah, wilayah, sultan, mulk dan ri’asah. Ada juga yang menyamakan istilah-istilah tersebut di atas dan ada pula yang membedakannya. Untuk penyebutan pemimpin dalam pemerintahan (kepala negara), istilah khalifah, imam dan amir  yang juga sering digunakan.
Siapa diantara kalian yang tidak memipikan menjadi pemimpin, karena pemimpian adalah tampuk dari segi kekuasaan. Jadi tidak terelakan juga posisi kepemimpinan menjadi rebutan baik secara individu maupun kelompok. Dengan cara apapun di lakukan dengan keniatan busuk yang hanya menginginkan upah dan pemuas hawa nafsu, dan akibat dari pemimpinan seperti itulah rakyat menjadi korban tak berdosa.
Jika dihadapkan dengan kondisi kepemimpinan yang sekarang ini. Ketika ada pemimpin yang berkualitas baik, buruk, sedikit yang sakit secara sosial yang “egoistis, kejam, serakah koruptif tentunya itu akan sangat menyedihkan bagi sebagaian kalanggan. Terlebih lagi kepemimpinnan yang abnormal saat ini semakin meningkat terutama di Indonesia.
Dari segi pertanggung jawabannya ketika menjadi seorang pemimpin pun tidak mudah, apalagi menjadi pemimpin berbangsa dan bernegara.
Masih dari sisi tanggung jawab seoarangpemimpin begitu beratnya, karena memang dari hakikat kepemimpinan itu sendiri memiliki dua dimensi. Pertama adalah pertanggungjawaban yang harus disampaikan pada orang-orang yang dipimpinnya. Kedua adalah pertanggungjawabannya kepada Allah tentang kesungguhan dan kemampuannya dalam mengikuti serta menjalankan petunjuk Allah dan keteladanan Nabi Muhammad dalam memimpin.

Berangakat dari dua dimensi di atas tanggungnjawaban tersebut pada poin kedua dipenuhi dan di laksanakan secara baik semata-mata karena Allah SWT., maka secara pasti dimensi pertama juga terpenuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar