Sabtu, 07 Januari 2012

Diskusi dan Kreatifitas Berfikir

Ahir-ahir ini setelah saya cermati lebih jauh di lingkungan kampus tempat ku studi, secara jelas, bisa di lihat aktivitas teman-teman ketika duduk di kelas atau di luar kelas. Entah itu ketikan ngobrol, sharing pengalaman dan seringnya berdiskusi tentang berbagai masalah seputer matakuliah dan lebihnya tentang problematika kasus di Indonesia. Tujuannya pun tidak muluk-muluk, hanya berbagi wacana dan mengembangakan kreatifitas berfikir sekaligus mengamplikasikan persepktif (teori) dari masing-masig individu.

Setelah lama saya amati, teman-teman ketika saat mewacanakan permasalah sangat bervariasi, mungkin karena buku-buku yang di baca jelas berbeda. Nah, disela-sela itulah banyak oleh ku temui sesuaitu bentuk kreatif teman-teman ku yang secara jelas sangat terpengaruhi dari pemikiran tokoh-tokoh klasik dan tokoh-tokoh kontemprer di bidang masing-masing.

Menariknya disini ketika teman-teman yang condong merujuk pada tokoh klasik (sebut ku kalangan konservatif) menilai gagasan-gagasan dari teman-teman yang lebih suka merujuk tokoh-tokoh kontemporer gugur dalam keilmuannya dasarnya untuk bisa memahami persoalan yang sedang di diskusikan. Disinilah saya lebih bisa melihat kejelasan tentang pemisahan pada pemikiran diantara pemikiran klasik (masa lalu) dan modern (masa sekarang atau kontemporer). Biasanya dikalangan tokoh-tokoh kontemporer bisa di pahami dari karya-karya yang lebih dominan dekontruktif.

Bolehlah sedikit saya meringkasnya dari lahirnya pemikir-pemikir kontemporer, dulunya pemikiran yang terbentuk didasarkan pada sejumlah tokoh klasik, yang pada nantinya akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang identiknya mengritik tokoh-tokoh klasik. Mungkin kalau dari segi kelayakanya (konteks) lebih dipandang mengantikan kedudukan tokoh-tokoh klasik (pemikiranya).

Nah. Karena dengan dibenturkanya pemikiran tersebut oleh temen-teman yang konservatif di atas. Saya memahami pada minat teman-teman lebih banyak  mereka memposisikan pemikir-pemikir kontemporer sebagai yang superior dari pada pemikiran-pemikiran klasik yang inferior.

Gagasan-gagasan kreatif dari teman-teman saya ketika berdiskusi bisa saya katanya telah mampu mengembangkan teori dalam kontek yang semestinya, walau kadang saya memahaminya ketika ada teman yang mengumpat bahwa teori atau pemikiran yang diwacnakan oleh teman yang konservatif sudah tidak relevan lagi untuk merumuskan persoalan dalam konteks sekarang. Argumentasi kritis pun sebagai dalil yang asik di dengarkan, dengan memaparkan kritikan-kritikan yang kritis kepada temen-temen yang konservatif sebegitu juga sebaliknya. Jadi dapat ilmu banyak ni aku, hehe

Namun, keniscayaan adanya pergulatan pemikiran itu dari sekitit dari cerita saya dan teman-teman saya akan terus berlanjut dan terus akan di perbaharui (pembaharuan) dengan melakukan sintesa  pemikiran klasik dan modern. Dari pergulatan tersebut diatas secara tidak sadar sebenarnya teman-teman masuk pada diskursus pemikiran yang masih bisa kita lihat sampai sekarang dan mungkin entah sampai kapan tentang pergulatan pemikiran.

Disinilah, menurut saya perlu di pahami dari temen-temen yang konservatif dan dari teman-teman lebih modernis (maaf low kalau saya mengolong-golongkan, cuman sebagai contoh saja. hahaha) pada lingkup kritik di ataran keduanya bisa dipahami sebagai usah untuk memperjelas kekurang dasar pemikiran yang menyangkut epistem nya.

Jadi tidak ada kata alienasi dari segi pemikiran dan ketika kita dihadapkan pada persoalan zaman kontemporer yang semakin kompleks ini, makan rujuklah keilmuan dari perbagai khasan keilmuan peradaban yang mampu menuntun kita pada setiap kesimpulan-kesimpulan yang kita ambil.

Lestarikan budaya berdiskusi, karena dengan berdikusi, kita bisa mendapatkan banyak ilmu dari banyaknya bidang-bidang konsentrasi yang di wacanakan oleh teman-teman kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar